DESA MASSEWAE

PROFIL UMUM

Awal mula terbentuknya Desa Massewae pada tahun 1989 dengan status desa persiapan yaitu dari hasil pemekaran desa kaballangan dan desa batulappa, desa kaballangan wilayahnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu desa kaballangan, desa katomporang, desa massewae. Desa batulappa wilayahnya dibagi menjadi tiga desa yaitu desa batulappa, desa tapporang dan desa massewae. Masing-masing wilayah kedua desa induk diambil sebahagian dan digabungkan yang akhirnya menjadi cikal bakal lahirnya desa Massewae. Massewae berasal dari kata Massewwae yang artinya dalam bahasa bugis yaitu persatuan dan kesatuan dengan harapan agar masyarakat desa Massewae menjadi masyarakay yang menjunjung tinggi kebersamaan, gotong royong, persatuan dan kesatuan dalam mejalankan pembangunan dan kehidupan keseharian.

  • Utara : Desa Batulappa
  • Selatan : Sungai Saddang
  • Timur : Desa Tapporang
  • Barat : Desa Kaballangan

Desa Massewae terdiri dari 3 Dusun Yaitu Dusun Lome, Dusun Kaluppang dan Dusun Pakoro.

KEGIATAN DI TINGKAT DESA

(Output 2.1.1, Activities 2.1.1.1)

Kegiatan workshop dirangkaikan dengan sosialisasi program KAPABEL yang akan dilakukan di masing-masing desa intervensi. Kegiatan ini diharapkan masyarakat mengetahui dan memahami program yang akan dilakukan selama pelaksanaan program, memberikan masukan terkait program serta menjadi ruang diskusi untuk mendapatkan informasi dari masyarakat tentang komoditi, kondisi desa, bencana alam dan mengajak kelompok masyarakat/pemuda untuk bergabung dalam pembentukan kelompok peduli perubahan iklim (KPPI).

Data

(Output 2.1.1, Activities 2.1.1.2)

Pelaksanaan kegiatan pertemuan rutin dihadiri dengan rapat antara Fasilitator Lapangan (FO), Project Officer (PO), Project Manager (PM) dan Anggota Kelompok Pemuda Perubahan Iklim (KPPI) untuk menentukan tema pertemuan rutin atau pokok bahasan yang diangkat dalam pertemuan rutin KPPI.

Data

(Output 2.1.3, Activities 2.1.3.3)

Upaya penanggulangan bencana bukan hanya menjadi tugas pemerintah semata namun keterlibatan masyarakat dalam program mitigasi bencana harus menjadi prioritas mengingat masyarakat merupakan penerima dampak dan sekaligus sebagai aktor atau pelaku dalam upaya mitigasi bencana. Dua Desa yang terkena dampak Ablasi, terdampak jenis tumbuhan yang diyakini masyarakat mampu mengurangi ablasi dikarenakan pengakarannya yang panjang dan sangat kuat, tumbuhan yang dimaksud adalah Rumput Raja atau dikenal dengan nama lokal yaitu (Butung).

Data

(Output 2.2.1, Activities 2.2.1.3)

Kabupaten Pinrang merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan yang memiliki potensi yang sangat besar di bidang Budidaya tambak. Tercatat terdapat luas areal budidaya perikanan tambak kurang lebih 15.814 Ha. Berbagai jenis komoditas perikanan sudah berhasil dibudidayakan masyarakat seperti Udang Windu, Udang Vannamey, Ikan Bandeng, Rumput laut Tambak (Gracillaria sp) atau dikenal dengan sebutan (sango-sango) dalam bahasa lokal.

Data